Pencapaian produktivitas gula yang tinggi sering mengalami kendala, salah satunya serangga hama. Kerugian yang disebabkan hama dan penyakit cukup tinggi, sekitar 10% penurunan produksi gula. Bahkan kalau terjadi serangan penggerek pucuk pada 5 bulan sebelum tebang dapat menurunkan produksi gula berkisar 52-73%.
Ada 43 jenis hama (serangga dan bukan serangga) yang menyerang tanaman tebu. Namun hama yang sering dijumpai pada pertanaman tebu di Indonesia adalah penggerek pucuk, penggerek batang, kutu bulu putih, dan uret.
1. Penggerek pucuk (Scirpophaga excerptalis Walker)
Gejala: Serangan dapat dimulai dari tunas umur 2 minggu sampai tanaman dewasa. Menyerang melalui tulang daun pupus dengan membuat lorong gerek menuju ke bagian tengah pucuk tanaman sampai ruas muda, merusak titik tumbuh dan tanaman menjadi mati.
Biologi: Telur: Diletakkan secara berkelompok di bawah permukaan daun dan ditutupi bulu-bulu berwarna coklat kekuningan, panjang kelompok telur sekitar 22 mm. Larva: Setelah menetas larva menggerek dan menembus daun muda yang masih belum membuka, menuju ke tulang daun untuk membuat lorong gerekan ke titik tumbuh. Ulat muda berwarna putih dan ulat dewasa putih kekuningan, panjang sekitar 30 mm. Pupa: Berada di dalam lubang gerekan, berwana kuning pucat, panjang sekitar 20 mm. Dewasa: Ngengat berwarna putih, panjang sekitar 20 mm. Seberkas rambut merah oranye di ujung abdomen ngengat betina.
Pengendalian: (1) Menggunakan benih bebas penggerek, (2) Varietas tahan penggerek antara lain PSJT 941, PS 851, PS 891, PS 921, dan PSBM 88-144, (3) Rogesan, pemotongan sedikit demi sedikit (3 cm) dari pucuk ke bawah, dimulai tanaman tebu berumur 2 bulan dan diakhiri sampai tanaman tebu berumur 6 bulan. Rogesan dapat menyelamatkan gula 580 kg/ha, (4) Pengendalian hayati dengan pelepasan parasitoid telur Trichogramma.
2. Penggerek batang (Chilo auricilius Dudgeon)
Gejala: Serangan biasanya dijumpai pada tanaman tebu berumur 5 bulan ke atas. Bercak-bercak tampak transparan berbentuk bulat oval di daun. Ulat masuk lewat pelepah dan batang tanaman tebu, kadang menyebabkan mati puser. Lubang gerek di dalam batang lurus, lubang keluar batang bulat. Kadang gerekan mengenai mata tunas. Serangan ruas 20% menyebabkan penurunan hasil gula sekurang-kurang 10%.
Biologi: Telur: Diletakkan secara berkelompok, panjang sekitar 20 mm terdapat di bawah permukaan daun, bentuk lonjong berwarna putih kelabu. Larva: Setelah menetas larva bergerak lewat pelepah dan batang tebu. Ulat putih kekuningan dengan ukuran panjang sekitar 25 mm. Pupa: Diletakkan didalam lubang gerekan berwarna kuning pucat. Panjang pupa sekitar 15 mm. Dewasa: Ngengat jantan lebih kecil disbanding betina, sayap depan coklat terang sampai coklat kusam. Ngengat jantan sayap belakang berwarna putih-coklat, betinanya berwarna putih sutera. Satu betina mampu bertelur 60-70 butir.
Pengendalian: (1) Menggunakan benih bebas penggerek , (2) Varietas tahan penggerek antara lain PSJT 941, PS 851, PS 891, PS 921, dan PSBM 88-144, (3) Pengendalian hayati dengan parasit Lalat Jatiroto, 30 pasang/ha parasitoid telur Trichogramma 50 pias @ 2000 ekor/minggu pada tanaman tebu berumur 1-4 bulan.
3. Kutu bulu putih (Ceratovacuna lanigera Zehntner)
Gejala: Kutu menyerang helaian daun bagian bawah, berkoloni, kutu berwarna putih berada di kanan kiri ibu tulang daun. Helai daun permukaan atas tertutup lapisan jamur seperti jelaga. Serangan berat daun menjadi kuning dan mongering terjadi di awal atau akhir musim hujan. Kutu ini dapat menyebabkan kerugian gula 2,6 ton/ha dan penurunan rendemen dari 12% menjadi 8%
Biologi: Nimfa muda dan dewasa bersayap dan tidak bersayap dijumpai pada daun yang sama. Nimfa tidak bersayap lama hidup 23-32 hari, sedang yang bersayap 32-40 hari. Rata-rata reproduksi di laboratorium 3-5 ekor per hari dengan total satu individu dewasa selama hidup 41-56 ekor.
Pengendalian: (1) Pengendalian mekanis dilakukan efektif pada awal serangan sewaktu populasi kutu masih sedikit, (2) Pengendalian dapat dilakukan dengan mengulas daun yang terserang dengan kain basah, (3) Daun yang terserang dipotong dan dikumpulkan kemudian dimusnahkan, (4) Penggunaan varietas yang mudah diklentek, misalnya PS 881.
4. Uret (Lepidiota stigma, Hollotrichia sp., Leucopholissp., dan Anomala sp.)
Gejala: Uret yang banyak dijumpai jenis Lepidiota stigma. Tanaman yang terserang uret akan layu, daun menguning kemudian menjadi kering. Bagian pangkal batang tanaman terdapat luka atau kerusakan bekas digerek dan akar-akarnya dimakan uret. Serangan berat menyebabkan tanaman mudah roboh dan mudah dicabut. Kerusakan akar terutama disebabkan oleh uret instar 3. Apabila dijumpai 3 ekor uret per rumpun makin besar kerusakannya. Populasi 3-4 ekor per rumpun dinilai secara ekonomi merugikan.
Biologi: Telur: Diletakkan dalam tanah yang cukup lembab dengan kedalaman bervariasi dari 5 cm sampai 30 cm. Telur menetas setelah berumur 1 sampai 2 minggu (di laboratorium 12-13 hari). Larva: Uret instar satu memakan sisa-sisa tanaman yang mati atau akar-akar tanaman di sekitarnya, selanjutnya memasuki instar kedua makan perakaran tanaman yang hidup. Uret L. stigma berkembang dalam empat instar dimana instar yang paling ganas dan merugikan adalah instar tiga. Uret dapat mencapai panjang 4 cm dan masa perkembangnya membutuhkan waktu 380 hari. Serangan L. stigma pada tanaman tebu terberat terjadi pada bulan Februari sampai dengan Juni dan kerusakan terparah banyak terjadi disekitar tempat hinggapnya kumbang. Pupa: Telur dan larva (uret) berada dalam tanah sampai menjadi fase kepompong (sekitar 6-9 bulan). Dewasa: Kumbang meletakkan telurnya di tempat tertentu sesuai dengan jenis inang atau habitat inangnya.
Pengendalian: (1) Belum diperoleh varietas tebu yang toleran terhadap hama uret, namun diinformasikan varietas tahan misalnya BZ 109 (M 134-32) pernah berhasil dicoba di Mauritus, (2) Manipulasi waktu tanam dan tebang, pengolahan tanah secara intensif diikuti pekerja untuk mengambil uret secara manual dan memusnahkannya, (3) Pengumpulan serangga dewasa saat penerbangan kumbang di awal musim hujan bulan November-Desember.
(/Subiyakto/Peneliti Balittas)
Sumber referensi : https://perkebunan.litbang.pertanian.go.id
Sumber referensi : https://perkebunan.litbang.pertanian.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar